Senin, 07 Februari 2022

DAMAI SEJAHTERA YANG SALAH

Oleh: Join Kristian Zendrato

Kita hidup di tengah-tengah dunia di mana materialisme menjamur. Standar kebanyakan orang-orang adalah tampilan luar. Jika keadaan luar terlihat mewah, indah, dan enak dipandang, maka itulah sejahtera yang sejati. Generasi kita yang sangat materialistis telah melupakan slogan lama: "Don't judge a book by its cover."

Spirit materialistis ini juga telah mempengaruhi jiwa orang percaya. Terkadang kita menganggap bahwa orang-orang Kristen yang tak pernah menderitalah yang merupakan anak-anak Allah yang sejati. Kita menganggap bahwa suasana "damai sejahtera"lah yang akan terus dialami oleh anak-anak Allah. 

Konsep ini membuat kita bisa mengarah pada kesalahan dengan menganggap bahwa orang yang percaya Yesus namun hidup susah dan tak mempunyai damai sejahtera secara lahiriah sedang tidak diperkenan Allah. 

Tetapi apakah perkenan Allah hanya dibuktikan dengan mengalami damai sejahtera secara lahiriah (entah itu uang, kedudukan, dsb)? Saya rasa tidak!

Kadang-kadang bahkan kita terjatuh dalam apa yang saya sebut sebagai "damai sejahtera yang salah." Dan tragisnya, damai sejahtera yang salah itu tetap kita anggap sebagai bukti perkenan Allah, atau bukti bahwa kita sedang berjalan dalam kehendak Allah.

Contoh klasik mengenai hal ini adalah Yunus. Dipanggil untuk pergi ke kota Niniwe untuk menyerukan pesan Tuhan (Yunus 1:1-2), Yunus malah melawan Tuhan dengan berencana pergi ke tempat lain - ke Tarsis. Dikatakan bahwa ia "jauh dari hadapan Tuhan" (Yunus 1:3).

Akhirnya, TUHAN menurunkan angin ribut ke laut yang menyebabkan badai untuk menyerang kapal Yunus (Yunus 1:4). Dalam ayat ini, kita melihat bahwa angin dan badai merupakan ketetapan Allah. Itu tidak terjadi karna kebetulan. Kebetulan bukan apa-apa, ia tak dapat berbuat apa pun.

Dalam keadaan yang mengerikan itu, apakah Anda ingat apa yang terjadi dengan Yunus? Mungkin sekali Anda akan menjawab bahwa Yunus akhirnya dibuang ke laut dan ditelan oleh ikan dan berada di sana selama 3 hari 3 malam dan akhirnya Tuhan membebaskannya. Ini memang benar, karna inilah yang sering kita dengar di Sekolah Minggu. 

Tetapi ada satu hal yang luput dari pandangan kita sebelum kejadian itu terjadi. Dalam pasal 1 ayat 5 dinyatakan bahwa, "Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya." Ini merupakan respon yang lumrah atas kedatangan angin dan badai yang menghantam kapal mereka. Tetapi itu sepertinya tak berlaku bagi Yunus, sebab kalimat terakhir dari ayat 5 itu berbunyi, "Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak."

Ya, Yunus tertidur dengan nyenyak pada saat ada badai, pada saat ada angin ribut dan yang lebih penting adalah pada saat dia sedang "jauh dari hadapan Tuhan." Yunus memperoleh "damai sejahtera" saat dia melawan Tuhan. Itulah damai sejahtera yang salah.

Anda dan saya juga bisa merasakan "damai sejahtera yang salah" seperti itu. Anda bisa kaya raya walau sedang melawan Tuhan. Anda bisa makan enak walau sedang melawan Tuhan. Anda bisa tidur nyenyak walau sedang melawan Tuhan. Anda bisa menikmati "damai sejahtera" walau sedang melawan Tuhan. 

Dari sini kita melihat bahwa damai sejahtera itu tak selalu merupakan bukti perkenan Allah bagi kita. Itu bisa saja adalah damai sejahtera yang salah.

Jadi, ketika kita melihat orang percaya yang kesusahan, menderita, dan tampaknya tak ada damai sejahtera dalam hidupnya secara lahiriah, maka jangan terlalu cepat menganggap hal itu sebagai bukti bahwa Allah tak berkenan kepadanya. 

Juga, jika ada orang yang secara lahiriah mengalami damai sejahtera, maka jangan terlalu cepat mengatakan bahwa itu adalah bukti perkenan Allah. Itu mungkin hanya damai sejahtera yang salah. 

Allah kadang-kadang sering mengizinkan anak-anak-Nya yang diperkenan-Nya berada dalam kesusahan. Dan sebaliknya, damai sejahtera tak selalu menjadi tanda perkenan Tuhan. Yunus bisa merasakan "damai sejahtera" pada saat melawan Tuhan. Dan Ayub diizinkan untuk menderita oleh Allah, bahkan ketika ia disebut "saleh" oleh Allah (Ayub 1).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOMENTAR SINGKAT TENTANG SPIRITUALITAS ALA DANIEL MANANTA

Oleh: Join Kristian Zendrato Siapa yang tidak mengenal Daniel Mananta, pembawa acara terkenal Indonesian Idol. Daniel telah membuat channel ...