Jumat, 08 November 2019

APAKAH MANUSIA BERDOSA DAPAT DATANG KEPADA KRISTUS DENGAN KEMAMPUANNYA SENDIRI?

Oleh: Join Kristian Zendrato

Datang dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat satu-satunya merupakan satu-satunya cara supaya manusia berdosa dapat diselamatkan (bdk. Kis. 4:12). Kemudian, jika seseorang akhirnya memutuskan untuk datang dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, kita mungkin bertanya apa yang membuat seseorang itu pada akhirnya memutuskan untuk melakukan hal itu? Apakah itu terjadi karena inisiatifnya sendiri? Apakah itu terjadi karena memang ia mampu dengan kekuatan sendiri untuk datang kepada Kristus?

Jika kita membaca Alkitab dengan teliti, jawaban yang pasti untuk pertanyaan di atas adalah tidak. Sebab Alkitab menggambarkan manusia sebagai manusia yang berdosa, memusuhi Allah dan dengan demikian tidak pernah menginginkan Kristus secara alami.

Jika pada akhirnya, ia memutuskan untuk menerima Kristus, pasti ada sesuatu di luar dirinya yang membuat ia melakukan hal itu. Yesus mengerti problem manusia ini, sehingga misteri ini juga dibukakan oleh Yesus Kristus sendiri. Dalam Yohanes 6:65, kita membaca kata-kata Kristus sebagai berikut: “… Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.”

R.C Sproul telah menjelaskan teks ini dengan sangat baik dalam bukunya Umat Pilihan Allah.[1] Saya akan meringkas penjelasan Sproul tersebut berikut ini:

Pertama, berkenaan dengan kata-kata “tidak ada seorangpun” dalam teks itu, Sproul menyebutnya sebagai universal negative, yang berarti mencakup semua orang tanpa terkecuali.

Kedua, berkenaan dengan kata “dapat” dalam teks itu, Sproul menyatakan bahwa “Ini menunjuk pada suatu kemampuan, bukan menyatakan ijin.”

Ketiga, berkenaan dengan kata-kata, “kalau … tidak” dalam teks itu, Sproul menyatakan bahwa itu “menunjukkan pada apa yang merupakan suatu ‘kondisi yang harus’ (necessary condition). Suatu keharusan yang menunjukkan bahwa itu harus terjadi sebelum hal berikutnya dapat terjadi.”
                                             
Apa keharusan yang harus terjadi itu terlebih dahulu? Tidak lain adalah: “Bapa … mengaruniakan kepadanya.” Ini adalah penyebab supaya hal berikutnya bisa terjadi, yakni: “dapat datang kepada-Ku [Yesus].” Dengan kata lain, supaya seseorang bisa datang kepada Kristus, Bapa terlebih dahulu harus bekerja dalam hati orang tersebut. Tanpa pekerjaan Bapa terlebih dahulu dalam hati manusia, maka siapapun tidak dapat datang kepada Kristus.

Teks kedua yang akan saya bahas adalah Yohanes 6:44, di mana Yesus berkata: “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.”

Dalam teks tersebut, lagi-lagi kita diberitahukan secara negativ bahwa seseorang tidak dapat datang kepada Yesus, kalau Bapa tidak bertindak terlebih dahulu. Secara positif dapat dinyatakan bahwa seseorang dapat datang kepada Kristus, karena Bapa telah terlebih dahulu bertindak dalam hati orang itu.

Penting untuk diperhatikan bahwa tindakan yang dilakukan oleh Bapa supaya seseorang dapat datang kepada Kristus adalah “menarik” orang itu. Apa yang dimaksud dengan Bapa menarik manusia datang kepada Kristus? Sproul mengatakan bahwa ada orang-orang yang menafsirkan kata “tarik” dalam teks itu sebagai “merayu” atau “membujuk.” Sproul menulis:

Saya sering mendengar teks ini dijelaskan bahwa Bapa harus merayu atau membujuk untuk datang kepada Kristus. Apabila pembujukan ini tidak dilakukan, maka tak seorang akan datang kepada Kristus. Dan manusia memiliki kemampuan untuk melawan bujukan dan menolak rayuan tersebut. Meskipun pembujukan itu merupakan suatu keharusan, namun pembujukan itu tidak dapat memaksa manusia untuk melakukannya. Dalam bahasa filsafat dapat dikatakan bahwa penarikan oleh Bapa merupakan suatu kondisi yang cukup untuk membawa manusia kepada Kristus. Dalam bahasa yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa kita tidak dapat datang kepada Kristus tanpa bujukan, namun bujukan itu tidak menjamin bahwa kita pasti akan datang kepada Kristus.[2]

Tafsiran di atas, bagi saya menggambarkan Allah yang sangat loyo dan terbatas, sebab Dia sepertinya tidak dapat merealisasikan kehendak-Nya. Ia berusaha membujuk manusia supaya datang kepada Kristus dan diselamatkan, tetapi banyak orang akhirnya menolak Kristus.

Juga, jika kita mengikuti tafsiran di atas, maka pada analisis terakhir, keselamatan manusia berada dalam tangan manusia sendiri. Setidaknya, manusia memiliki sedikit andil dalam keselamatannya. Suatu doktrin yang jelas dikutuk dalam Perjanjian Baru.

Tafsiran yang seperti itu jelas keliru. Kata Yunani yang dipakai untuk kata “tarik” dalam teks di atas adalah elko. Dalam Kittel’s Theological Dictionary of The New Testament – sebagaimana dikutip oleh R.C Sproul – kata itu didefenisikan sebagai: “membuat/memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu dengan otoritas yang tidak dapat ditolak.” Sproul melanjutkan dengan berkata, “Secara linguistik maupun dari lexicon, kata tersebut berarti: ‘to compel’ (memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu).[3]

Sproul kemudian memberikan beberapa contoh teks lain dalam Perjanjian Baru di mana kata elko digunakan. Dalam Yakobus 2:6 dinyatakan, “Tetapi kamu telah menghinakan orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke pengadilan?” Dalam Yakobus 2:6 tersebut kata yang sama artinya dengan “tarik” dalam Yohanes 6:44 adalah “menyeret.” Sekarang, cobalah mengganti kata “menyeret” dengan kata “merayu” atau “membujuk.” Bukankah teks itu akan menjadi lelucon?

Ayat lain yang mengandung kata elko adalah Kisah Para Rasul 16:19 yang berbunyi, “Ketika tuan-tuan perempuan itu melihat, bahwa harapan mereka akan mendapat penghasilan lenyap, mereka menangkap Paulus dan Silas, lalu menyeret mereka ke pasar untuk menghadap penguasa.” Kata yang sama artinya dengan “tarik” dalam Yohanes 6:44 dalam teks di atas adalah “menyeret.” Lagi-lagi, jika kita mengganti kata “menyeret” dengan “merayu” atau “membujuk,” maka teks itu akan menjadi lelucon.

Sproul menceritakan kisah perdebatannya dengan seorang kepala bagian Departemen Perjanjian Baru di sebuah Seminari yang Arminian. Penantang Sproul mengartikan kata “tarik” dalam Yohanes 6:44 itu sebagai bujukan. Menanggapi hal itu, Sproul langsung mengarahkannya pada Kittel’s Theological Dictionary of The New Testament dan ayat Perjanjian Baru lain yang menterjemahkan kata tersebut dengan “menyeret.” Awalnya Sproul menduga dia telah mengalahkan penantangnya. Tetapi, kemudian penantang tersebut mengutip sebuah buku syair Yunani di mana kata Yunani yang sama digunakan untuk melukiskan tindakan untuk menimba air keluar dari sumur, dan ia berkata, “Profesor Sproul, menurut saudara apakah seseorang menyeret air keluar dari sumur?” Sproul berdiri dan menjawab, “Tidak Pak, saya harus menerima bahwa kia tidak menyeret air keluar dari sumur. Namun bagaimana kita dapat mengambil air dari sumur itu? Apakah kita membujuknya supaya keluar? Apakah kita berdiri di sisi sumur dan berteriak: ‘air…air… kemarilah…, kemarilah…, kemarilah…?’[4]

Intinya adalah kata elko tidak bisa ditafsirkan sebagai “merayu” atau “membujuk.” Lalu apa artinya jika Bapa menarik seseorang? Maksudnya adalah sebelum seseorang datang kepada Kristus, ia harus dihidupkan terlebih dahulu oleh Allah, sehingga ia bisa menyadari bahwa ia manusia berdosa yang membutuhkan Kristus. Manusia karena dosa adalah mati secara rohani (bdk. Ef. 2:1), sehingga harus ada tindakan supranatural dari Allah terlebih dahulu supaya manusia itu bisa hidup (bdk. Ef. 2:4-dst). Inilah yang disebut sebagai kelahiran kembali yang disinggung Yesus dalam Yohanes 3:3, “… Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah.”

Jadi, Tuhan Yesus mengharuskan suatu kondisi awal yang harus kita miliki sebelum kita dapat melihat dan masuk dalam kerajaan Allah. Kondisi awal itu adalah dilahirkan kembali. Dalam kelahiran kembali manusia itu pasif, karena Allah Roh Kuduslah yang melahirkan kita kembali. Itulah artinya dihidupkan dari kematian rohani. Itulah artinya ditarik oleh Allah.

Jadi, kelahiran baru mendahului iman. Kita bisa beriman kepada Kristus, karena Allah telah melahirbarukan kita terlebih dahulu. R.C Sproul menegaskan:

Sifat kita telah sangat tercemar, kuasa dosa begitu besar, sehingga kecuali Allah bertindak dengan cara yang supranatural dalam jiwa kita, maka kita tidak akan pernah memilih Kristus. Kita tidak percaya dengan tujuan untuk dilahirkan kembali; kita dilahirkan kembali dengan tujuan agar kita boleh percaya.[5]

Bagi saya pribadi, ini merupakan anugerah yang begitu luar biasa, yang karenanya kita berhutang ucapan syukur kepada Allah yang berlimpah dengan anugerah. Jika kita bisa datang kepada Yesus, itu hanya dimungkinkan oleh pekerjaan Allah dalam jiwa kita.

Sebelum saya akhiri, saya ingin kembali pada judul artikel ini sejenak. Berdasarkan pembahasan di atas, maka jawaban untuk pertanyaan yang menjadi judul artikel ini, “Apakah Manusia Berdosa Dapat Datang Kepada Kristus Dengan Kemampuannya Sendiri?” adalah TIDAK!

Soli Deo Gloria!

[1]R.C Sproul, Umat Pilihan Allah (Malang: Literatur SAAT, 2003), 61-62.  
[2]Sproul, Umat Pilihan Allah, hal. 63.  
[3]Sproul, Umat Pilihan Allah, hal. 63.  
[4]Sproul, Umat Pilihan Allah, hal. 64-65.  
[5]Sproul, Umat Pilihan Allah, hal. 66-67. Saya beranggapan bahwa iman itu sendiri juga adalah karunia Allah. Saya telah menulis artikel mengenai topik ini. Baca di sini.

KOMENTAR SINGKAT TENTANG SPIRITUALITAS ALA DANIEL MANANTA

Oleh: Join Kristian Zendrato Siapa yang tidak mengenal Daniel Mananta, pembawa acara terkenal Indonesian Idol. Daniel telah membuat channel ...