Sabtu, 21 Mei 2022

KENETRALAN ADALAH MITOS - IT DOES NOT MAKE SENSE

Oleh: Join Kristian Zendrato

Saya sering mendengar, "Sesama Kristen tak boleh saling serang. Sesama Kristen tak boleh saling mengkritik. Sesama Kristen tak boleh saling mempermasalahkan ajaran satu aliran dengan aliran lain. Semua ajaran sama benarnya."

Kata-kata semacam demikian di atas simply tidak benar. Semua ajaran yang diusung oleh setiap aliran kadang-kadang saling bertentangan frontal satu dengan yang lain. Misalnya Arminianisme mengajarkan bahwa Yesus mati untuk setiap manusia tanpa terkecuali, sedangkan Calvinisme atau Reformed mengajarkan bahwa Yesus mati hanya untuk sebagian manusia yakni umat pilihan Allah. Itu hanya satu contoh. Dan kalau anda mempunyai pikiran yang waras, anda tidak mungkin mengakui bahwa ajaran-ajaran yang saling bertentangan itu sama-sama benar.

Juga perlu diingat bahwa semua doktrin yang kita percayai, entah dinyatakan secara langsung atau tidak, pada esensinya merupakan penolakan terhadap doktrin yang lain yang bertentangan dengannya. Kita tidak bisa menciptakan daerah netral dimana kita bisa berdiri. It does not make sense. 

Inilah sifat dari kebenaran. Kebenaran ber-antitesis dengan kesalahan. Jika ada sebuah klaim kebenaran, maka klaim itu ber-antitesis dengan klaim yang bertentangan dengannya. Seperti yang diungkapkan oleh Douglas Groothuis: "Bagi satu 'ya' teologis terdapat jutaan 'tidak.' Apa yang benar menyingkirkan semua hal yang bertentangan dengannya" [Douglas Groothuis, Pudarnya Kebenaran: Membela Kekristenan Terhadap Tantangan Postmodernisme (Surabaya: Momentum, 2003), hal. 64].

Jika anda mempercayai bahwa Allah itu Tritunggal (1 Hakikat, 3 Pribadi), maka entah dinyatakan secara langsung atau tidak, kepercayaan itu merupakan penolakan terhadap doktrin Unitarianisme. Jika Anda mempercayai bahwa Alkitab adalah satu-satunya Firman Allah yang sejati dan benar, maka entah dinyatakan secara langsung atau tidak, kepercayaan itu merupakan penolakan terhadap kepercayaan lainnya. Jika anda mempercayai bahwa manusia hanya bisa diselamatkan melalui iman kepada Yesus yang mati dan bangkit, maka entah dinyatakan secara langsung atau tidak, kepercayaan itu merupakan penolakan terhadap ajaran keselamatan karena perbuatan baik. Jika anda mempercayai bahwa Yesus hanya mati untuk umat pilihan, maka entah dinyatakan secara langsung atau tidak, kepercayaan itu merupakan penolakan terhadap ajaran Arminianisme yang mengajarkan bahwa Yesus mati untuk semua orang. Jika anda menyatakan bahwa Yesus adalah Allah sejati dan Manusia sejati, maka entah dinyatakan secara langsung atau tidak, pernyataan itu merupakan penolakan terhadap ajaran yang menyangkal keilahian Yesus.

Douglas Groothuis berkomentar, "... jika Yesus adalah Allah yang berinkarnasi, maka Ia BUKAN SEKEDAR (1) nabi dari Allah (Islam), (2) reformator yang salah arah (Yudaisme), (3) satu avatar dari Brahman (Hinduisme), (4) satu manifestasi dari Allah (iman Baha'i), (5) guru yang sadar akan Allah (Zaman Baru), (6) nabi sosial yang terinspirasi tetapi bukan ilahi (teologi liberalisme/pembebasan), dan seterusnya." Groothuis melanjutkan dengan berkata, "Jika Allah adalah keberadaan yang berpribadi yang bereksistensi secara kekal sebagai tiga pribadi yang adalah esa (Bapa, Anak, dan Roh Kudus), maka realitas ilahi BUKAN (1) esa dalam dalam pengertian unitarian (Islam, Yudaisme, atau Unitarianisme), (2) kesadaran yang impersonal - imoral (beberapa aliran pemikiran Hinduisme, Buddhisme, dan Zaman Baru), (3) non-eksisten (Buddhisme Theraveda, Jenisme, dan bentuk-bentuk sekuler ateisme), (4) banyak allah (Mormonisme, Shinto, dan bentuk-bentuk politeisme dan animisme lainnya), dan seterusnya" [Douglas Groothuis, Pudarnya Kebenaran, hal. 162, 163]. 

Jadi intinya, dua atau lebih ajaran yang saling bertentangan tidak bisa sama-sama benar. Bisa sama-sama salah. Atau hanya salah satunya yang benar. Tidak ada posisi netral (tidak berpihak) dalam kasus seperti ini. Jika Anda mempercayai satu ajaran, maka otomatis anda harus menolak yang lain sebagai salah. 

Jadi merupakan kesalahan kalau kita mengatakan bahwa "semua ajaran sama saja benarnya, yang penting Kristen." Itu bodoh dan absurd. Dan lebih bodoh lagi untuk berkata "semua ajaran agama sama." Itu sama saja dengan berkata 1+1=2 adalah benar, dan 1+1=3 adalah benar. It does not make sense.

Dalam hal ini, jika ada sebuah ajaran maka ajaran itu hanya bisa salah atau benar. Benar atau salah itulah masalahnya. Tidak ada titik netral dalam hal ini. Kenetralan adalah mitos. It does not make sense.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOMENTAR SINGKAT TENTANG SPIRITUALITAS ALA DANIEL MANANTA

Oleh: Join Kristian Zendrato Siapa yang tidak mengenal Daniel Mananta, pembawa acara terkenal Indonesian Idol. Daniel telah membuat channel ...