Datang
dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat satu-satunya merupakan
satu-satunya cara supaya manusia berdosa dapat diselamatkan (bdk. Kis. 4:12).
Kemudian, jika seseorang akhirnya memutuskan untuk datang dan menerima Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, kita mungkin bertanya apa yang membuat
seseorang itu pada akhirnya memutuskan untuk melakukan hal itu? Apakah itu
terjadi karena inisiatifnya sendiri? Apakah itu terjadi karena memang ia mampu
dengan kekuatan sendiri untuk datang kepada Kristus?
Jika
kita membaca Alkitab dengan teliti, jawaban yang pasti untuk pertanyaan di atas
adalah tidak. Sebab Alkitab menggambarkan manusia sebagai manusia yang berdosa,
memusuhi Allah dan dengan demikian tidak pernah menginginkan Kristus secara
alami.
Jika
pada akhirnya, ia memutuskan untuk menerima Kristus, pasti ada sesuatu di luar
dirinya yang membuat ia melakukan hal itu. Yesus mengerti problem manusia ini,
sehingga misteri ini juga dibukakan oleh Yesus Kristus sendiri. Dalam Yohanes
6:65, kita membaca kata-kata Kristus sebagai berikut: “… Tidak ada seorangpun
dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.”
R.C
Sproul telah menjelaskan teks ini dengan sangat baik dalam bukunya Umat Pilihan Allah.[1]
Saya akan meringkas penjelasan Sproul tersebut berikut ini:
Pertama,
berkenaan dengan kata-kata “tidak ada seorangpun” dalam teks itu, Sproul
menyebutnya sebagai universal negative, yang
berarti mencakup semua orang tanpa
terkecuali.
Kedua,
berkenaan dengan kata “dapat” dalam teks itu, Sproul menyatakan bahwa “Ini
menunjuk pada suatu kemampuan, bukan menyatakan ijin.”
Ketiga,
berkenaan dengan kata-kata, “kalau … tidak” dalam teks itu, Sproul menyatakan
bahwa itu “menunjukkan pada apa yang merupakan suatu ‘kondisi yang harus’ (necessary condition). Suatu keharusan
yang menunjukkan bahwa itu harus terjadi sebelum hal berikutnya dapat terjadi.”
Apa
keharusan yang harus terjadi itu terlebih dahulu? Tidak lain adalah: “Bapa …
mengaruniakan kepadanya.” Ini adalah penyebab supaya hal berikutnya bisa
terjadi, yakni: “dapat datang kepada-Ku [Yesus].” Dengan kata lain, supaya
seseorang bisa datang kepada Kristus, Bapa terlebih dahulu harus bekerja dalam
hati orang tersebut. Tanpa pekerjaan Bapa terlebih dahulu dalam hati manusia,
maka siapapun tidak dapat datang kepada Kristus.
Teks
kedua yang akan saya bahas adalah Yohanes 6:44, di mana Yesus berkata: “Tidak
ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa
yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.”
Dalam
teks tersebut, lagi-lagi kita diberitahukan secara negativ bahwa seseorang
tidak dapat datang kepada Yesus, kalau Bapa tidak bertindak terlebih dahulu. Secara
positif dapat dinyatakan bahwa seseorang dapat datang kepada Kristus, karena
Bapa telah terlebih dahulu bertindak dalam hati orang itu.
Penting
untuk diperhatikan bahwa tindakan yang dilakukan oleh Bapa supaya seseorang
dapat datang kepada Kristus adalah “menarik” orang itu. Apa yang dimaksud
dengan Bapa menarik manusia datang kepada Kristus? Sproul mengatakan bahwa ada
orang-orang yang menafsirkan kata “tarik” dalam teks itu sebagai “merayu” atau “membujuk.”
Sproul menulis:
Saya sering mendengar teks ini dijelaskan bahwa Bapa harus merayu atau membujuk untuk datang kepada Kristus. Apabila pembujukan ini tidak dilakukan, maka tak seorang akan datang kepada Kristus. Dan manusia memiliki kemampuan untuk melawan bujukan dan menolak rayuan tersebut. Meskipun pembujukan itu merupakan suatu keharusan, namun pembujukan itu tidak dapat memaksa manusia untuk melakukannya. Dalam bahasa filsafat dapat dikatakan bahwa penarikan oleh Bapa merupakan suatu kondisi yang cukup untuk membawa manusia kepada Kristus. Dalam bahasa yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa kita tidak dapat datang kepada Kristus tanpa bujukan, namun bujukan itu tidak menjamin bahwa kita pasti akan datang kepada Kristus.[2]
Tafsiran
di atas, bagi saya menggambarkan Allah yang sangat loyo dan terbatas, sebab Dia
sepertinya tidak dapat merealisasikan kehendak-Nya. Ia berusaha membujuk
manusia supaya datang kepada Kristus dan diselamatkan, tetapi banyak orang
akhirnya menolak Kristus.
Juga,
jika kita mengikuti tafsiran di atas, maka pada analisis terakhir, keselamatan
manusia berada dalam tangan manusia sendiri. Setidaknya, manusia memiliki
sedikit andil dalam keselamatannya. Suatu doktrin yang jelas dikutuk dalam
Perjanjian Baru.
Tafsiran
yang seperti itu jelas keliru. Kata Yunani yang dipakai untuk kata “tarik”
dalam teks di atas adalah elko. Dalam
Kittel’s Theological Dictionary of The New Testament – sebagaimana dikutip oleh
R.C Sproul – kata itu didefenisikan sebagai: “membuat/memaksa seseorang untuk
melakukan sesuatu dengan otoritas yang tidak dapat ditolak.” Sproul melanjutkan
dengan berkata, “Secara linguistik maupun dari lexicon, kata tersebut berarti: ‘to compel’ (memaksa seseorang untuk
melakukan sesuatu).[3]
Sproul
kemudian memberikan beberapa contoh teks lain dalam Perjanjian Baru di mana
kata elko digunakan. Dalam Yakobus
2:6 dinyatakan, “Tetapi kamu telah menghinakan orang-orang miskin. Bukankah justru
orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke pengadilan?”
Dalam Yakobus 2:6 tersebut kata yang sama artinya dengan “tarik” dalam Yohanes
6:44 adalah “menyeret.” Sekarang, cobalah mengganti kata “menyeret” dengan kata
“merayu” atau “membujuk.” Bukankah teks itu akan menjadi lelucon?
Ayat
lain yang mengandung kata elko adalah
Kisah Para Rasul 16:19 yang berbunyi, “Ketika tuan-tuan perempuan itu melihat,
bahwa harapan mereka akan mendapat penghasilan lenyap, mereka menangkap Paulus
dan Silas, lalu menyeret mereka ke pasar untuk menghadap penguasa.” Kata yang
sama artinya dengan “tarik” dalam Yohanes 6:44 dalam teks di atas adalah “menyeret.”
Lagi-lagi, jika kita mengganti kata “menyeret” dengan “merayu” atau “membujuk,”
maka teks itu akan menjadi lelucon.
Sproul
menceritakan kisah perdebatannya dengan seorang kepala bagian Departemen
Perjanjian Baru di sebuah Seminari yang Arminian. Penantang Sproul mengartikan
kata “tarik” dalam Yohanes 6:44 itu sebagai bujukan. Menanggapi hal itu, Sproul
langsung mengarahkannya pada Kittel’s Theological Dictionary of The New
Testament dan ayat Perjanjian Baru lain yang menterjemahkan kata tersebut
dengan “menyeret.” Awalnya Sproul menduga dia telah mengalahkan penantangnya.
Tetapi, kemudian penantang tersebut mengutip sebuah buku syair Yunani di mana
kata Yunani yang sama digunakan untuk melukiskan tindakan untuk menimba air
keluar dari sumur, dan ia berkata, “Profesor Sproul, menurut saudara apakah
seseorang menyeret air keluar dari sumur?” Sproul berdiri dan menjawab, “Tidak
Pak, saya harus menerima bahwa kia tidak menyeret air keluar dari sumur. Namun bagaimana
kita dapat mengambil air dari sumur itu? Apakah kita membujuknya supaya keluar?
Apakah kita berdiri di sisi sumur dan berteriak: ‘air…air… kemarilah…,
kemarilah…, kemarilah…?’[4]
Intinya
adalah kata elko tidak bisa
ditafsirkan sebagai “merayu” atau “membujuk.” Lalu apa artinya jika Bapa
menarik seseorang? Maksudnya adalah sebelum seseorang datang kepada Kristus, ia
harus dihidupkan terlebih dahulu oleh Allah, sehingga ia bisa menyadari bahwa
ia manusia berdosa yang membutuhkan Kristus. Manusia karena dosa adalah mati
secara rohani (bdk. Ef. 2:1), sehingga harus ada tindakan supranatural dari
Allah terlebih dahulu supaya manusia itu bisa hidup (bdk. Ef. 2:4-dst). Inilah
yang disebut sebagai kelahiran kembali yang disinggung Yesus dalam Yohanes 3:3,
“… Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan kembali,
ia tidak dapat melihat kerajaan Allah.”
Jadi,
Tuhan Yesus mengharuskan suatu kondisi awal yang harus kita miliki sebelum kita
dapat melihat dan masuk dalam kerajaan Allah. Kondisi awal itu adalah
dilahirkan kembali. Dalam kelahiran kembali manusia itu pasif, karena Allah Roh
Kuduslah yang melahirkan kita kembali. Itulah artinya dihidupkan dari kematian
rohani. Itulah artinya ditarik oleh Allah.
Jadi,
kelahiran baru mendahului iman. Kita bisa beriman kepada Kristus, karena Allah
telah melahirbarukan kita terlebih dahulu. R.C Sproul menegaskan:
Sifat kita telah sangat tercemar, kuasa dosa begitu besar, sehingga kecuali Allah bertindak dengan cara yang supranatural dalam jiwa kita, maka kita tidak akan pernah memilih Kristus. Kita tidak percaya dengan tujuan untuk dilahirkan kembali; kita dilahirkan kembali dengan tujuan agar kita boleh percaya.[5]
Bagi
saya pribadi, ini merupakan anugerah yang begitu luar biasa, yang karenanya
kita berhutang ucapan syukur kepada Allah yang berlimpah dengan anugerah. Jika kita
bisa datang kepada Yesus, itu hanya dimungkinkan oleh pekerjaan Allah dalam
jiwa kita.
Sebelum
saya akhiri, saya ingin kembali pada judul artikel ini sejenak. Berdasarkan pembahasan
di atas, maka jawaban untuk pertanyaan yang menjadi judul artikel ini, “Apakah
Manusia Berdosa Dapat Datang Kepada Kristus Dengan Kemampuannya Sendiri?”
adalah TIDAK!
Soli
Deo Gloria!